Minggu, 15 Juni 2014

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN



ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Di dalam setiap perusahaan,akuntansi merupakan hal yang sangat penting.Seperti yang kita ketahui akuntansi adalah proses pencatatan,penggolongan,pengikhtisaran,pelaporan dan penganalisaan laporan keuangan.Jadi perusahaan tidak hanya sekedar melakukan pencatatan dan pelaporan,tetapi disamping itu juga melakukan suatu proses analisis laporan keuangan.
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan sumber informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Pemakai laporan keuangan tersebut seperti investor,kreditor,pemasok,shareolders,pelanggan,pemerintah,karyawan dan masyarakat yang akan menggunakan laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan informasinya.
Laporan keuangan yang disusun pada dasarnya berupa dokumen historis dan statis,hal ini berarti laporan keuangan melaporkan apa yang telah terjadi selama periode tertentu,sementara pada umumnya pemakai laporan keuangan tersebut menginginkan prediksi informasi yang akan mungkin terjadi pada masa yang akan datang.Ini bertujuan dalam pengambilan keputusannya.Agar laporan keuangan tersebut lebih bermanfaat untuk ke depannya maka diadakan suatu analisis laporan keuangan.
Laporan keuangan yang telah sesuai dengan Standar Akuntansi,baik dari segi karakteristik kualitatif maupun dari unsur-unsurnya akan dianalisis melalui proses pembandingan,evaluasi,dan analisis-analisis lainnya,sehingga akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.Hal ini bertujuan untuk mengurangi dan mempersempit lingkup para pemakai dari dugaan murni,terkaan dan intuisi serta mempersempit lingkup ketidakpastian.
Analisis laporan keuangan merupakan proses penguraian laporan keuangan kedalam komponen dan unsur-unsur tertentu dengan menggunakan aplikasi dan teknik analisis yang akan mengkoversi data menjadi informasi yang berisi prediksi di masa yang akan datang.Suatu analisis laporan keuangan juga akan menggambarkan suatu perbandingan dengan perusahaan lain.Hal ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari masing-masing perusahaan yang akan memprediksi kegagalan dan keberhasilan suatu perusahaan.
Ada berbagai langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan,hal yang pertama dilakukan adalah memahami latar belakang data keuangan perusahaan,memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan,mempelajari dan me-review laporan keuangan setelah langkah-langkah diatas telah terlaksana maka langkah selanjutnya adalah menganalisis laporan keuangan dengan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dan menginterprestasikan hasil analisis tersebut.
Dalam menganalisis laporan keuangan terdapat 2 metode yang akan menjadi acuan dalam analisis,metode tersebut adalah metode analisis horisontal(dinamis) dan metode analisis vertikal(statis).Metode analisis horisontal merupakan metode yang membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun,pos yang sama untuk periode yang berbeda.Dikatakan dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun.Teknik analisis yang termasuk ke dalam klasifikasi metode horisontal adalah teknik analisis perbandingan,analisis trend(index),analisis sumber dan penggunaan dana dan analisis perubahan laba kotor.
Sedangkan metode analisis vertikal(statis) merupakan perbandingan laporan keuangan pada pos dan tahun(periode) yang sama.Teknik analisis yang termasuk kedalam klasifikasi ini adalah teknik analisis persentase perkomponen(common-size),analisis ratio,dan analisis impas.
Dari metode dan teknik analisis laporan keuangan akan terprediksi keberhasilan dan kegagalan suatu kinerja perusahaan sehingga akan membantu para pemakai dalam pengambilan keputusan.
Semua teknik analisis yang akan digunakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,jadi berbagai informasi yang diperoleh dari berbagai teknik analisis harus dikombinasikan untuk menentukan posisi keuangan perusahaan.
Teknik analisis yang sering digunakan oleh suatu perusahaan adalah analisis ratio,laporan keuangan komparatif,analisis trend,analisis common-size,analisis sumber dan penggunaan dana.
Analisis ratio merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam analisis.analisis ratio dapat dinyatakan dalam satuan persentase atau kuantitas suatu perputaran(kali).analisis ini berisi perbandingan kombinasi antara pos-pos yang ada di laporan laba rugi dan neraca.
Laporan keuangan komparatif menyajikan laporan keuangan untuk dua atau tiga tahun dengan menghitung perubahan dari tahun ke tahun.Sedangkan analisis Trend menyajikan laporan keuangan untuk tiga tahun lebih dan untuk jangka waktu yang lama,hal ini bertujuan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan dari suatu operasi perusahaan.Analisis common size persantase perkomponen dari neraca dan laba rugi dengan membandingkan laporan keuangan padatahun yang berbeda.Sedangkan analisis sumber dan penggunaan dana untuk mengetahui penyebab terjadinya surplus dan defisit dari laporan keuangan yang diperbandingkan.
Dalam rangka menganalisis laporan keuangan perlu dipahami prinsip-prinsip dasar laporan keuangan suatu perusahaan yang disebut dengan prinsip komparasi.komparasi merupakan suatu pedoman untuk dapat menentukan arti dari suatu ratio ukuran-ukuran lainnya yang dihitung.Dengan kata lain angka-angka absolut atau ratio tidak akan memberikan arti apabila tidak dibandingkan dengan angka lainnya,karena setiap angka absolut akan memberikan makna tersendiri pada suatu situasi dan kondisi tertentu.


ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. INDOSAT Tbk TAHUN 2007-2008

 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. INDOSAT Tbk TAHUN 2007-2008
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menganalisis sebuah laporan keuangan, yaitu laporan keuangan milik PT. Indosat, Tbk pada periode tahun 2007 - 2008.
Analisis Rasio Keuangan (Financial Ratio) PT. Indosat Tbk.
Pada analisis rasio keuangan, yang dipakai pada bagian ini terbagi atas tiga bagian analisis yaitu analisis likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Dimana tiap bagian akan diuraikan sebagai berikut :
Analisis Likuiditas
A.      Current Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Current Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tahun
Aktiva Lancar / Hutang Lancar
Rasio
Pertumbuhan
2007
10.794,127 / 11.658.581
92.59 %
11,18 %
2008
9.659.773 / 10.675.245
90,49 %
-2,27 %


B. Assets Turnover PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Assets Turnover PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Assets Turnover PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Total Penjualan/Total Aktiva
Rasio
Pertumbuhan
2007
16.488.495 / 45.305.086
0,36x
-
2008
18.659.133 / 51.693.323
0,36x
-


C. Acid Test Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Acid Test Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Acid Test Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Kas + Piutang / Hutang Lancar
Rasio
Pertumbuhan
2007
8.053.006 + 1.051.859 / 11.658.581
0,78 %
30 %
2008
5.737.866 + 1.357.620 / 10.675.245
 0,66 %

-15,38 %


Analisis Solvabilitas

A. Debt to Assets Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Debt to Assets Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Debt to Assets Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Total Pasiva / Total Aktiva
Rasio
Pertumbuhan
2007
28.462.986 / 45.305.086
62,80 %
14,18 %
2008
33.994.764 / 51.693.323
65,80 %

4,78 %


B. Assets Leverage Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Assets Leverage Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Assets Leverage Ratio PT.INDOSAT Tbk Tahun 2007 - 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Total Aktiva / Modal
Aktiva
Rasio
Pertumbuhan
2007
45.305.086 / 16.544.730
273,83%
21,62 %
2008
51.693.323 / 17.409.621
296,92%

8,43 %


C. Debt to Equitty Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Debt to Equitty Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Debt to Equitty Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 - 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Total Pasiva / Modal
Rasio
Pertumbuhan
2007
28.462.986 / 16.544.730
172,04%
38,92%
2008
33.994.764 / 17.409.621
194,98%

13,33%

Analisis Rentabilitas
A. Return On Equity Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Return On Equity Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Return On Equity Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Laba Bersih / Modal
Rasio
Pertumbuhan
2007
2.042.043 / 16.544.730
12,34%
32,97%
2008
1.878.522 / 17.409.621
10,79%

-12,56%


B. Return On Assets Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Return On Assets Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
Tabel Return On Assets Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Laba Bersih / Total Aktiva
Rasio
Pertumbuhan
2007
2.042.043 / 16.544.730
4,51%
9,47%
2008
1.878.522 / 17.409.621
3,63%

-19,51%

C. Profit Margin Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008 Profit Margin Ratio PT. INDOSAT Tbk antara Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan melalui tabel dibawah ini :
 Tabel Profit Margin Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
(Dalam jutaan Rupiah)
Tahun
Laba Bersih / Penjualan Bersih
Rasio
Pertumbuhan
2007
2.042.043 / 16.488.435
12,38%
7,47%
2008
1.878.522 / 18.659.133
10,07%


-18,66%


Perbandingan Kinerja Perusahaan Antara ROE dan EVA
Return On Equity Ratio PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007 – 2008
Tahun
Laba Bersih / Modal
Rasio
Pertumbuhan
2007
2.042.043 / 16.544.730
12,34%
32,97%
2008
1.878.522 / 17.409.621
10,79%
-12,56%

Perhitungan EVA / Equity PT. INDOSAT Tbk Tahun 2007- 2008
Tahun
EVA
EQUITY
EVA / EQUITY
2007
773.843
16.544.730
4,68 %
2008
1.433.529
17.409.621
8,23 %

Kesimpulan

1. Berdasarkan perhitungan atas penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan metode rasio keuangan perusahaan pada PT. INDOSAT Tbk, maka dapat diambil kesimpulan :
a. Analisis Likuiditas dilakukan dengan menggunakan rasio yaitu Current Ratio, Assets Turnover dan Acid Test Ratio. Pada rasio Current Ratio dan Acid Test Ratio terjadi penurunan pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 2.27%. Namun pada tahun 2007 terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar 11.18% pada Current Ratio dan Acid Test Ratio. Sedangkan
pada rasio Assets Turnover di tahun 2007 – 2008 perusahaan tidak mengalami kenaikan pertumbuhan akan tetapi tetap seimbang.

b. Analisis Solvabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio yaitu Debt to Assets Ratio, Assets Leverage Ratio, dan Debt to Equitty Ratio. Semua rasio solvabilitas tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.


c. Analisis Rentabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio yaitu Return On Equity Ratio, Return On Assets Ratio, dan Profit Margin Ratio. Pada rasio ini didapat hasil bahwa pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan tingkat pertumbuhan rentabilitas dikarenakan turunnya laba bersih perusahaan pada setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2007 perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan rentabilitas.

2. Berdasarkan penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA didapat hasil positif. Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai dan memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemiliknya. Dengan kata lain, selama periode tahun 2007-2008, return yang diharapkan oleh pemegang saham sebagai pemilik perusahaan telah dapat dipenuhi oleh perusahaan.

3. Dari hasil perbandingan antara metode EVA dengan ROE dapat disimpulkan bahwa metode EVA dalam perhitungan kinerja perusahaan lebih akurat dibandingkan metode rasio keuangan, terutama parameter ROE karena pada metode EVA diperhitungkan adanya biaya ekuitas perusahaan.

Minggu, 09 Maret 2014

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

NAMA : RINA DANIATI
NPM    : 49211454


ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan utama dari manajemen adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada. Analisis laporan keuangan mencakup perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa laporan keuangan, namun pembahasan ini dibatasi hanya pada analisa rasio-rasio keuangan.

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat berhubungan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.


- Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar =    aktiva lancar
                           Kewajiban lancar

 Misalnya PT KASKUS memiliki rasio lancar 2.5 kali, dimana rasio lancar rata-rata perusahaan dalam industri di mana PT KASKUS itu berada adalah 3.6 kali. Hal ini berarti bahwa rasio lancar PT KASKUS lebih rendah daripada rasio lancar rata-rata perusahaan dalam industri. Bila rasio lancar suatu perusahaan jauh dari rata-rata industri, maka manajemen perusahaan harus menganalisa lebih lanjut mengapa hal ini terjadi.

- Rasio Cepat (Acid Test)

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan.
Rasio Cepat = aktiva lancar – pesediaan
                              Kewajiaban lancar
Misalnya rasio cepat PT KASKUS adalah 1.5 kali dan rasio cepat rata-rata perusahaan dalam industri adalah 3 kali, maka berarti rasio cepat PT KASKUS jauh lebih rendah daripada rasio cepat rata-rata perusahaan dalam industri. Jika PT KASKUS mampu menagih piutang usahanya, maka PT KASKUS dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa melikiuidasi persediaan.

2. Rasio Pengelelolaan Aktiva
Rasio pengelolaan aktiva ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini juga untuk melihat kewajaran nilai aktiva pada neraca, sehingga nilai aktiva yang disajikan tidak terlalu tinggi, terlalu rendah.

- Rasio perputaran persediaan (inventory turn over ratio)

Rasio ini bertujuan untuk menunjukkan perputara persediaan perusahaan. Semakin cepat tingkat perputaran persediaan, maka semakin besar tingkat keberhasilan perusahaan.
Rasio Perputaran Persediaan = penjualan
                                                        persediaan
Misalnya rasio perputaran PT KASKUS adalah 5 kali dimana rasio perputaran persediaan rata-rata perusahaan dalam industri adalah 9 kali. Hal ini berarti tingkat perputaran persediaan PT KASKUS jauh lebih rendah daripada tingkat perputaran persediaan perusahaan lain dalam industri. Hal ini juga menunjukkan bahwa PT KASKUS menyimpan terlalu banyak persediaan, lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa PT KASKUS tidak produktif dalam mengelola persediaannya. Dalam analisis lebih lanjut, tingkat perputaran persediaan yang begitu lancar membuat manajemen harus menganalisa rasio lancarnya. PersediaanPenjualan

- Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Day Sales Outstanding – DSO)
Rasio ini digunakan untuk menaksir berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang telah dilakukan.

DSO  =             piutang                                              piutang
              Rata-rata penjualan/hari           penjualan tahunan/ 360

Misalnya DSO PT KASKUS adalah 40 hari dimana DSO rata-rata perusahaan dalam industri adalah 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT KASKUS untuk menagih piutangnya kepada pembeli lebih rendah dari pada kemampuan perusahaan lain dalam industri

- Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turn over ratio)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya (pabrik, mesin, peralatan, dll.)
Rasio Perputaran Aktiva Tetap =     penjualan
                                                            Aktiva tetap bersih                           
Misalkan rasio perputaran aktiva tetap PT Japurut adalah 4 kali dimana rasio perputaran aktiva tetap rata-rata perusahaan dalam industri adalah 4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan aktiva tetapnya PT Japurut memiliki tingkat efektifitas yang sama jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industry.
Permasalahan yang mungkin muncul pada waktu manajemen mengartikan rasio perputaran akitva tetap adalah inflasi. Inflasi dapat menyebabkan nilai sebagian besar aktiva yang dibeli di masa lalu akan dinyatakan terlalu rendah (ingat prinsip pengakuan biaya historis)

- Rasio Peruputaran Total Aktiva (total assets turnover ratio)

Rasio perputaran total aktiva ini berfungsi untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan.

Rasio Perputaran Total Aktiva = penjualan
                                                          Total aktiva
Misalkan rasio perputaran total aktiva PT Japurut adalah 1.8 kali dimana rasio perputaran total aktiva rata-rata perusahaan dalam industri adalah 2.5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya.

3. Rasio Manajemen Utang

Pembiayaan perusahaan bisa bersumber dari dua pihak; pembiayaan internal atau pembiayaan dari pihak luar (kreditur) melalui utang. Pembiayaan dengan utang atau sering disebut leverage memiliki dampak yang serius bagi perusahaan jika perusahaan ingin mendapatkan tambahan modal melalui utang. Calon kreditur pasti akan sangat-sangat memperhatikan rasio-rasio ini.

- Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva (debt ratio)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur persentasi dana pembiayaan perusahaan yang disediakan oleh kreditur.
Debt ratio = total hutang         
                       Total aktiva
Misalnya rasio utang PT Japurut adalah 60.2% dimana rata-rata rasio utang perusahaan lain dalam industri adalah 48.5%. Hal ini menunjukkan bahwa kreditor telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan perusahaan. Hal ini juga berdampak, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan akan kesulitan mencari tambahan dana dari para kreditur atau calon kreditur. Lebih lanjut, resiko kebangkrutan PT Japurut untuk beberapa waktu ke depan akan jauh lebih besar daripada resiko kebangkrutan perusahaan-perusahaan lain dalam industri.

- Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (time-interest-earned – TIE)

Rasio TIE ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan memenuhi kewajiban ini akan mengakibatkan adanya tindakan hukum dari pemberi pinjaman. Lebih jauh, kegagalan memenuhi kewajiban tersebut juga mungkin menyebabkan kebangkrutan.
TIE =       EBIT               
         BebanBunga         
Misalkan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) PT Japurut adalah sebesar 3.2 kali, dimana rasio kelipatan pembayaran bunga industri adalah 6 kali. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk menutupi beban bunganya hanya 3.2 kali dan ini jauh daripada kemampuan rata-rata perusahaan-perusahaan lain dalam industri.

- Rasio Cakupan Beban Tetap (fixed charge coverage ratio)

Fungsi rasio ini serupa dengan rasio kelipatan pembayaran bunga, tetapi rasio ini melihat lebih jauh karena mengakui bahwa ada aktiva perusahaan yang disewa (lease) dan harus melakukan pembyaran dana pelunasan (sinking fund)

Rasio cakupan beban =                    ebit + pembayaran lease
                                Beban bunga+ pembayaranlease+pembarandanapelunasan
                                                                                                            (1-tarif pajak )
tetap Misalkan rasio cakupan beban tetap PT Japurut adalah 3 kali dimana rasio rata-rata industri adalah 5.4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut lebih lemah dibanding rata-rata perusahaan dalam industri.  

4. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas atau laba adalah hasil dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Hasil dari penerapan strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Rasio profitabilitas ini menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.

- Marjin Laba Atas Penjualan

Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam setiap nilai rupiah penjualannya
Marjin laba penjualan = laba bersih tersedia untuk pemegang saham
                                                                                    penjualan
Misalkan marjin laba PT Japurut adalah 4% dan marjin laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam setiap rupiah penjualannya lebih rendah daripada rata-rata kemampuan perusahaan-perusahaan lain dalam industri. Rendahnya marjin laba PT Japurut ini bisa disebabkan akibat banyaknya penggunaan utang untuk pembiayaan PT Japurut. Ingat bahwa laba bersih adalah pendapatan setelah pajak dan bunga. Sehingga semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi beban bunga yang harus dibayarkan, dan semakin rendah laba bersih yang dihasilkan.

- Rasio BEP (Basic Earning Power)

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Rasio ini juga berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat utang yang berbeda.

Rasio BEP =     ebit
                     Total aktiva
Misalkan Rasio BEP PT Japurut adalah 15,3% dan rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah 18,3%. Hal ini menjukkan kemampuan PT Japurut untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum dikenakan pajak adalah lebih rendah dari kemampuan rata-rata perusahaan dalam industri.

- Pengembalian atas Total Aktiva (ROA – Return on Asset)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas penggunaan seluruh aktivanya dalam kegiatan operasinya.
ROA = laba bersih untuk pemegang saham biasa
                                    Total aktiva

Misalkan ROA PT Japurut adalah 4.8% dimana rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah 10%, hal ini menujukkan bahwa tingkat pengembalian atas penggunaan aktiva PT Japurut jauh dibawah tingkat pengembalian rata-rata perusahaan dalam industri. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh; 1)Rendahnya BEP (Basic Earning Power) perusahaan, 2) tingkat bunga yang tinggi akibat pengunaan kewajiban yang demikian besarnya.

- Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa (Return on common equity – ROE)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham.
ROE = laba bersih untuk pemegang saham biasa
                            Ekuitas saham biasa
Misalkan rasio ROE PT Japurut adalah 13,3% dan rasio ROE rata-rata perusahaan dalam industri adalah 15.5%. Dari sini dapat kita lihat bahwa ROE PT Japurut masih tetap di bawah rasio rata-rata perusahaan dalam industri.

5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)

Rasio nilai pasar memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang akan dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode serta prospek perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen hutang, dan rasio profitabilitas perusahaan baik, maka rasio nilai pasarnyapun akan menjadi tinggi. Lebih jauh, harga saham perusahaanpun akan setinggi nilai yang diharapkan.

- Rasio Harga-Laba (price-earning ratio)

Rasio ini menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada investor untuk setiap rupiah yang dia tanamkan pada perusahaan.
Rasio Harga-Laba Misalkah rasio harga-laba PT Japurut adalah sebesar 9.5 kali dimana rasio harga-laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 12 kali, maka resiko yang akan didapati oleh investor jika menanamkan modalnya pada PT Japurut akan lebih tinggi dibanding jika investor tersebut menanamkan modalnya pada perusahaan lain sejenis.

- Rasio Nilai Pasar/Buku (market/book ratio)

Rasio nilai pasar buku ini memberikan indikasi bagi manajemen perusahaan mengenai bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan. Perusahaan yang tingkat ekuitasnya tinggi pada umumnya akan menjual sahamnya lebih tinggi beberapa kali dari nilai bukunya. Rasio nilai pasar/bukuMisalkan rasio nilai pasar/buku PT Japurut adalah sebesar 1.5 kali dimana rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah sebesar 2 kali, maka ini berarti bahwa investor akan bersedia membayar lebih kecil untuk setiap rupiah dari nilai buku perusahaan dibanding yang investor bersedia bayarkan kepada perusahaan lain dalam industri.