NPM : 49211454
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan utama dari manajemen
adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan
harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus
memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada. Analisis laporan keuangan mencakup
perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang
sama, evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Banyak
teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa laporan keuangan, namun
pembahasan ini dibatasi hanya pada analisa rasio-rasio keuangan.
1. Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban
lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat berhubungan dengan kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.
- Rasio Lancar (Current
Ratio)
Rasio lancar = aktiva
lancar
Kewajiban lancar
Misalnya PT KASKUS
memiliki rasio lancar 2.5 kali, dimana rasio lancar rata-rata perusahaan dalam
industri di mana PT KASKUS itu berada adalah 3.6 kali. Hal ini berarti bahwa
rasio lancar PT KASKUS lebih rendah daripada rasio lancar rata-rata perusahaan
dalam industri. Bila rasio lancar suatu perusahaan jauh dari rata-rata
industri, maka manajemen perusahaan harus menganalisa lebih lanjut mengapa hal
ini terjadi.
- Rasio Cepat (Acid Test)
Rasio
ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendek tanpa mengandalkan persediaan.
Rasio Cepat = aktiva lancar –
pesediaan
Kewajiaban lancar
Misalnya
rasio cepat PT KASKUS adalah 1.5 kali dan rasio cepat rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 3 kali, maka berarti rasio cepat PT KASKUS jauh lebih
rendah daripada rasio cepat rata-rata perusahaan dalam industri. Jika PT KASKUS
mampu menagih piutang usahanya, maka PT KASKUS dapat melunasi kewajiban
lancarnya tanpa melikiuidasi persediaan.
2. Rasio Pengelelolaan
Aktiva
Rasio pengelolaan aktiva ini
mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini juga untuk
melihat kewajaran nilai aktiva pada neraca, sehingga nilai aktiva yang
disajikan tidak terlalu tinggi, terlalu rendah.
-
Rasio perputaran persediaan (inventory
turn over ratio)
Rasio ini
bertujuan untuk menunjukkan perputara persediaan perusahaan. Semakin cepat
tingkat perputaran persediaan, maka semakin besar tingkat keberhasilan
perusahaan.
Rasio Perputaran Persediaan = penjualan
persediaan
Misalnya
rasio perputaran PT KASKUS adalah 5 kali dimana rasio perputaran persediaan
rata-rata perusahaan dalam industri adalah 9 kali. Hal ini berarti tingkat perputaran
persediaan PT KASKUS jauh lebih rendah daripada tingkat perputaran persediaan
perusahaan lain dalam industri. Hal ini juga menunjukkan bahwa PT KASKUS menyimpan
terlalu banyak persediaan, lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa PT KASKUS tidak
produktif dalam mengelola persediaannya. Dalam analisis lebih lanjut, tingkat
perputaran persediaan yang begitu lancar membuat manajemen harus menganalisa
rasio lancarnya. PersediaanPenjualan
- Rasio Periode Penagihan
Rata-Rata (Day Sales Outstanding – DSO)
Rasio ini digunakan untuk menaksir berapa lama jangka
waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas
penjualan yang telah dilakukan.
DSO = piutang piutang
Rata-rata
penjualan/hari penjualan
tahunan/ 360
Misalnya DSO PT KASKUS adalah 40 hari dimana DSO
rata-rata perusahaan dalam industri adalah 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan PT KASKUS untuk menagih piutangnya
kepada pembeli lebih rendah dari pada kemampuan perusahaan lain dalam industri
- Rasio Perputaran Aktiva Tetap
(fixed assets turn over ratio)
Rasio
ini berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
tetapnya (pabrik, mesin, peralatan, dll.)
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = penjualan
Aktiva tetap bersih
Misalkan
rasio perputaran aktiva tetap PT Japurut adalah 4 kali dimana rasio perputaran
aktiva tetap rata-rata perusahaan dalam industri adalah 4 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penggunaan aktiva tetapnya PT Japurut memiliki tingkat
efektifitas yang sama jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industry.
Permasalahan yang mungkin
muncul pada waktu manajemen mengartikan rasio perputaran akitva tetap adalah
inflasi. Inflasi dapat menyebabkan nilai sebagian besar aktiva yang dibeli di
masa lalu akan dinyatakan terlalu rendah (ingat prinsip pengakuan biaya
historis)
-
Rasio Peruputaran Total Aktiva (total
assets turnover ratio)
Rasio perputaran total aktiva
ini berfungsi untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan.
Rasio Perputaran Total Aktiva =
penjualan
Total aktiva
Misalkan rasio perputaran total
aktiva PT Japurut adalah 1.8 kali dimana rasio perputaran total aktiva
rata-rata perusahaan dalam industri adalah 2.5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika
dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya.
3. Rasio Manajemen Utang
Pembiayaan
perusahaan bisa bersumber dari dua pihak; pembiayaan internal atau pembiayaan
dari pihak luar (kreditur) melalui utang. Pembiayaan dengan utang atau sering
disebut leverage memiliki dampak yang serius bagi perusahaan jika perusahaan
ingin mendapatkan tambahan modal melalui utang. Calon kreditur pasti akan
sangat-sangat memperhatikan rasio-rasio ini.
- Rasio Total Utang terhadap
Total Aktiva (debt ratio)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur persentasi dana
pembiayaan perusahaan yang disediakan oleh kreditur.
Debt ratio = total hutang
Total aktiva
Misalnya rasio utang PT Japurut adalah 60.2% dimana
rata-rata rasio utang perusahaan lain dalam industri adalah 48.5%. Hal ini
menunjukkan bahwa kreditor telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan
perusahaan. Hal ini juga berdampak, jika perusahaan mengalami kesulitan
keuangan, maka perusahaan akan kesulitan mencari tambahan dana dari para
kreditur atau calon kreditur. Lebih lanjut, resiko kebangkrutan PT Japurut
untuk beberapa waktu ke depan akan jauh lebih besar daripada resiko
kebangkrutan perusahaan-perusahaan lain dalam industri.
- Rasio Kelipatan Pembayaran
Bunga (time-interest-earned – TIE)
Rasio
TIE ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai perusahaan
tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan memenuhi kewajiban ini akan
mengakibatkan adanya tindakan hukum dari pemberi pinjaman. Lebih jauh,
kegagalan memenuhi kewajiban tersebut juga mungkin menyebabkan kebangkrutan.
TIE = EBIT
BebanBunga
Misalkan rasio kelipatan
pembayaran bunga (TIE) PT Japurut adalah sebesar 3.2 kali, dimana rasio
kelipatan pembayaran bunga industri adalah 6 kali. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan PT Japurut untuk menutupi beban bunganya hanya 3.2 kali dan ini jauh
daripada kemampuan rata-rata perusahaan-perusahaan lain dalam industri.
-
Rasio Cakupan Beban Tetap (fixed
charge coverage ratio)
Fungsi rasio ini serupa dengan
rasio kelipatan pembayaran bunga, tetapi rasio ini melihat lebih jauh karena
mengakui bahwa ada aktiva perusahaan yang disewa (lease) dan harus melakukan
pembyaran dana pelunasan (sinking fund)
Rasio
cakupan beban = ebit +
pembayaran lease
Beban bunga+
pembayaranlease+pembarandanapelunasan
(1-tarif pajak )
tetap Misalkan rasio cakupan
beban tetap PT Japurut adalah 3 kali dimana rasio rata-rata industri adalah 5.4
kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut lebih lemah dibanding rata-rata
perusahaan dalam industri.
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau laba adalah
hasil dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Hasil dari penerapan strategi
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Rasio profitabilitas ini menunjukkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil
operasi.
-
Marjin Laba Atas Penjualan
Rasio ini akan menunjukkan
tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam setiap nilai rupiah
penjualannya
Marjin laba penjualan = laba
bersih tersedia untuk pemegang saham
penjualan
Misalkan marjin laba PT Japurut
adalah 4% dan marjin laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 5,5%. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam setiap
rupiah penjualannya lebih rendah daripada rata-rata kemampuan
perusahaan-perusahaan lain dalam industri. Rendahnya marjin laba PT Japurut ini
bisa disebabkan akibat banyaknya penggunaan utang untuk pembiayaan PT Japurut.
Ingat bahwa laba bersih adalah pendapatan setelah pajak dan bunga. Sehingga
semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi beban bunga yang harus
dibayarkan, dan semakin rendah laba bersih yang dihasilkan.
-
Rasio BEP (Basic Earning Power)
Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Rasio ini juga berguna untuk
membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat utang
yang berbeda.
Rasio
BEP = ebit
Total aktiva
Misalkan Rasio BEP PT Japurut
adalah 15,3% dan rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah 18,3%. Hal
ini menjukkan kemampuan PT Japurut untuk menghasilkan laba dari aktiva
perusahaan sebelum dikenakan pajak adalah lebih rendah dari kemampuan rata-rata
perusahaan dalam industri.
-
Pengembalian atas Total Aktiva (ROA
– Return on Asset)
Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atas penggunaan seluruh aktivanya dalam
kegiatan operasinya.
ROA = laba bersih untuk
pemegang saham biasa
Total aktiva
Misalkan ROA PT Japurut adalah
4.8% dimana rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah 10%, hal ini
menujukkan bahwa tingkat pengembalian atas penggunaan aktiva PT Japurut jauh
dibawah tingkat pengembalian rata-rata perusahaan dalam industri. Hal ini
mungkin saja disebabkan oleh; 1)Rendahnya BEP (Basic Earning Power) perusahaan,
2) tingkat bunga yang tinggi akibat pengunaan kewajiban yang demikian besarnya.
-
Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa (Return
on common equity – ROE)
Rasio ini berfungsi untuk
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham.
ROE =
laba bersih untuk pemegang saham biasa
Ekuitas saham biasa
Misalkan rasio ROE PT Japurut
adalah 13,3% dan rasio ROE rata-rata perusahaan dalam industri adalah 15.5%.
Dari sini dapat kita lihat bahwa ROE PT Japurut masih tetap di bawah rasio
rata-rata perusahaan dalam industri.
5. Rasio Nilai Pasar (Market
Value Ratio)
Rasio nilai pasar memberikan
manajemen petunjuk mengenai apa yang akan dipikirkan investor mengenai kinerja
perusahaan pada suatu periode serta prospek perusahaan tersebut pada periode
yang akan datang. Jika rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen hutang,
dan rasio profitabilitas perusahaan baik, maka rasio nilai pasarnyapun akan
menjadi tinggi. Lebih jauh, harga saham perusahaanpun akan setinggi nilai yang
diharapkan.
-
Rasio Harga-Laba (price-earning
ratio)
Rasio ini menunjukkan jumlah
rupiah yang akan dibayarkan kepada investor untuk setiap rupiah yang dia
tanamkan pada perusahaan.
Rasio
Harga-Laba Misalkah rasio harga-laba PT Japurut adalah sebesar 9.5 kali dimana
rasio harga-laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 12 kali, maka
resiko yang akan didapati oleh investor jika menanamkan modalnya pada PT
Japurut akan lebih tinggi dibanding jika investor tersebut menanamkan modalnya
pada perusahaan lain sejenis.
-
Rasio Nilai Pasar/Buku (market/book
ratio)
Rasio nilai pasar buku ini memberikan indikasi bagi manajemen
perusahaan mengenai bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan.
Perusahaan yang tingkat ekuitasnya tinggi pada umumnya akan menjual sahamnya
lebih tinggi beberapa kali dari nilai bukunya. Rasio nilai pasar/bukuMisalkan rasio
nilai pasar/buku PT Japurut adalah sebesar 1.5 kali dimana rasio rata-rata
perusahaan dalam industri adalah sebesar 2 kali, maka ini berarti bahwa
investor akan bersedia membayar lebih kecil untuk setiap rupiah dari nilai buku
perusahaan dibanding yang investor bersedia bayarkan kepada perusahaan lain
dalam industri.